Mungkin judul diatas terkesan terlalu berlebihan bila mengaca pada kondisi negara kita saat ini, tetapi bila melihat pembelian pesawat tempur beberapa tahun belakangan ini, yang sepertinya tidak memiliki blue print yang baik, sehingga pembelian tersebut terkesan tanpa adanya perencanaan yang matang, nampaknya perlu dipikirkan sebuah upaya untuk membuat pesawat tempur buatan Indonesia. Kita ambil contoh pembelian 2 Su 27 dan 2 Su 30 yang sampai detik ini belum dipersenjatai, walaupun pernah terdengar adanya isu yang menyatakan bahwa proses pembelian persenjataan untuk ke empat Sukhoi sudah dilakukan dan tinggal menunggu kedatangan dari Rusia saja. Atau kalau kita mau mengingat pembelian 6 pesawat Sukhoi yang dilakukan dan diumumkan kepada publik pada pameran kedirgantaraan di Rusia beberapa waktu yang lalu, yang hingga kini tidak jelas kelanjutannya. Atau sebuah berita hangat yang tiba-tiba muncul tidak terduga yang menyatakan bahwa TNI- AU sedang mengkaji pembelian 24 Mirage 2000 dari Qatar.
Apakah Indonesia memiliki kemampuan untuk membuat pesawat tempur sendiri? Well, saya bukanlah seorang yang memiliki kemampuan untuk membuat pesawat, saya hanyalah satu dari sekian banyak masyarakat Indonesia yang prihatin tentang kondisi pesawat TNI AU saat ini yang tidak mampu melindungi wilayah Indonesia yang sangat luas. Jika kita berbicara tentang pesawat maka kita akan berbicara tentang PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dan mampukah PTDI membuat pesawat tempur?? Mari kita “mengosongkan” pikiran tentang masalah-masalah yang masih menghinggapi PTDI dan berpikiran positif “bahwa dimana ada kemauan maka disitu ada jalan”. Sebagai perusahaan yang mempu merakit body pesawat komersil pesanan pabrikan luar negeri, tentu tidak ada masalah saat PTDI merakit body pesawat tempur. Lantas bagaimana dengan kemampuan PTDI untuk merancang bangun pesawat tempur? Apakah PTDI mampu membuat rancang bangun sebuah pesawat? Tentu kita tidak akan terlalu berharap bahwa pesawat tempur produksi PTDI yang pertama akan memiliki kemampuan seperti F-16 apalagi Su-30, memiliki kemampuan setingkat F-5 atau A-4 saja sudah lebih dari cukup, untuk yang satu ini saya sangat yakin para ahli yang bekerja di PTDI mampu membuatnya. Tetapi bagaimana kalau ternyata PTDI tidak mampu merancang bangun pesawat sendiri? Kalau kita mau memperhatikan perkembangan kemampuan Negara-Negara lain untuk membuat pesawat tempur sendiri, maka kita akan melihat bahwa Israel dan China sekalipun pernah mengcopy pesawat tempur yang diproduksi Negara lain yang kemudian diterapkan untuk pesawat tempur buatannya sendiri. Saat ini kita masih memiliki F-5 yang masih aktif maupun A-4 yang sudah digrounded, bagaimana kalau pesawat-pesawat itu dibawa ke hangar PTDI kemudian “dibedah” isinya sehingga PTDI bisa merancang bangun sebuah pesawat sendiri. Dan kalau mencopy kita anggap sebagai suatu hal yang tabu, maka tentu PTDI harus merombak dibeberapa tempat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki PTDI dan bisa meminta saran kepada pilot pesawat tempur TNI AU. Jika Negara seperti Israel dan China saja berani mengcopy pesawat tempur buatan Negara lain, kenapa kita tidak berani dan mau melakukannya?
Setelah urusan body pesawat selesai, kita akan berbicara tentang mesin, radar, kursi lontar dan senjata yang mampu diusungnya. Untuk hal yang satu ini tentu PTDI akan bekerjasama dengan pabrikan diluar negeri, toh pesawat tempur yang diproduksi Lockheed Martin, mesinnya dibuat oleh pabrikan lain. Dan kalau ternyata Negara eropa barat tidak berkenan bekerjasama dengan PTDI, maka kita tentu dapat berpaling ke Rusia untuk memenuhi kebutuhan itu. Saya termasuk seseorang yang percaya bahwa “jika seorang anak tidak berani jatuh saat belajar berjalan, maka ia tidak akan pernah mampu untuk berjalan”, artinya jika dalam pembuatan pesawat tempur buatan Indonesia ini mengalami hambatan atau setelah pesawat ini jadi ternyata performanya mengecewakan, hendaknya tidak berpikiran bahwa kita tidak mampu membuat pesawat tempur sendiri, tetapi menjadi pembelajaran bagi kita untuk membuat pesawat yang lebih baik.
Dalam tulisan saya diatas, saya tidak menyinggung soal dana pembuatan pesawat ini, karena orang terkaya di Indonesia sekalipun tidak memiliki kekayaan melebihi kekayaan pemerintah, maka tentu saja pendanaan kembali bergantung kepada pemerintah. Untuk yang satu ini saya hanya bisa berharap perekonomian Negara kita bisa lebih baik di masa yang akan datang, sehingga bisa menyisihkan anggaran untuk program ini dan dalam jangka panjang semoga Negara ini lebih memiliki kepedulian yang besar terhadap industri pertahanan dalam negeri.
Pembaca Angkasa yang budiman, sebagai pembaca majalah Angkasa tentu anda memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi pesawat TNI AU dibanding masyarakat lain, maka saya berharap teman-teman yang bekerja di PTDI, Media, Parlemen, di Departemen-Departemen terkait dan Pemerintah Pusat mau menggelorakan semangat kemandirian untuk membuat pesawat tempur sendiri. Atau jika 5, 10 atau 20 tahun nanti dimasa yang akan datang ada teman-teman pembaca Angkasa yang menjadi Dirut PTDI atau bahkan menjadi Presiden Republik Indonesia saya berharap teman-teman dapat memimpin proyek pembuatan pesawat tempur buatan Indonesia.
Akhir kata, kita adalah bangsa yang besar, tetapi kemampuan kita untuk melindungi diri sendiri pada saat ini berada pada titik nadir, jika bukan kita yang menjaga bangsa ini lalu siapa??
Foto : -Sukhoi, indoflyer.net Photos Division – Image copyright (Eddy Feebruanto Putra)
- A-4, Image copyright (Deon)
0 komentar:
Posting Komentar